Selasa, 02 Desember 2008

Beberapa Frasa dalam Bahasa Indonesia

Frasa Nominal
Dilihat dari pengkategoriannya, frasa ini jelas mempunyai induk atau sumbu frasa berupa kata nomina. Bentukan frasa dari kata nomina ini dapat dilakukan dengan menambahkan pewatas di depan kata nomina ini. Pewatas depan pada bentukan frasa nomina dapat diisi oleh kata penggolong dan numeralia, seperti pada frasa depalan buah buku, tiga ekor ayam, seorang teman, dan sebagainya.
Pada contoh di atas, terlihat perluasan ke kiri dengan meletakkan numeralia dan kata penggolong secara berurutan. Dalam beberapa kasus urutan tersebut tidak dapat diubah letaknya. Kecuali jika di belakang nomina tidak ada pewatas lain, pewatas depan dapat ditempatkan pula sesudah inti.
Contoh:
buku delapan buah
ayam tiga ekor
Perluasan ke kanan dari initi frasa nominal juga dapat dilakukan. Namun tidak sembarang, ada kaidah-kaidah dalam perluasan inti yang ke arah kanan. Kaidah-kaidah dari perluasan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina lain atau lebih. Rangkaian itu kemudian ditutup dengan salah satu pronomina persona dan oleh itu atau ini. Namun setiap nomina hanya menerangkan nomina sebelumnya.
Contoh : buku sejarah kebudayaan Indonesia itu
Dari contoh itu dapat dilihat bahwa sejarah hanya menerangkan nomina di mukanya yakni buku. Demikian juga kata yang lain, kebudayaan hanya menerangkan sejarah dan kata Indonesia hanya menerangkan kebudayaan.
2. Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina atau frasa pemilikan dan kemudian ditutup dengan pronomina penunjuk ini atau itu.
Contoh:
a. mobil
b. mobil hitam
c. mobil hitam saya
mobil hitam adik saya
d. mobil hitam saya ini
mobil hitam saya itu
mobil hitam adik saya ini
mobil hitam adik saya itu
Rangkaian kata di atas yang membentuk frasa nominal, apabila dibalik urutannya akan menimbulkan perubahan arti.
mobil hitam saya mobil saya hitam
mobil hitam adik saya itu mobil adik saya itu hitam

3. Jika suatu nomina diikuti oleh adjektiva dan tidak ada pewatas lain yang mengikutinya, kata yang dapat disisipkan.
Contoh :
orang malas orang yang malas
anak nakal anak yang nakal
air dingin air yang dingin

Namun pada suatu kasus, frasa dengan yang itu harus di belakang, jika dalam frasa yang bersangkutan ada pronomina. Perhatikan contoh berikut:
a. anak nakal saya
b. anak saya yang nakal
c. anak yang saya nakal
Contoh (c) terlihat tidak dapat berterima ketika susunannya seperti tersebut. Jika diwujudkan dalam bentuk formula, urutannya ada dua alternatif yaitu sebagai berikut:
a. [ nomina + adjektiva + persona + penunjuk ]
buku merah saya ini
celana kotor mereka itu
b. [ nomina + persona + yang + adjektiva + penunjuk ]
buku saya yang merah ini
celana mereka yang kotor itu
Pada formula yang kedua, pewatas sesudah persona sebenarnya tidak terbatas pada adjektiva dan penunjuk saja, tetapi terbuka kemungkinan lain, asalkan wujudnya adalah klausa yang dimulai dengan kata yang.
Contoh :
buku saya yang saya beli kemarin itu
adik dia yang minggu lalu ditangkap polisi

4. Suatu inti dapat diikuti verba tertentu yang pada hakikatnya dapat dipisahkan oleh yang, untuk, atau unsur yang lain.
Contoh :
ban berjalan = ban yang berjalan
hak bersuara = hak untuk bersuara
jam kerja = jam untuk bekerja
ruang tunggu = ruang untuk menunggu

5. Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yakni frasa nominal yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina yang diterangkannya.
Contoh :
Soeharto, presiden kami yang kedua
Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia

6. Suatu inti dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni klausa yang dimulai dengan yang.
Contoh :
penduduk yang bermukim di daerah pedalaman
candi yang menjulang tinggi ke angkasa itu
penipu yang kami kejar ke Jakarta itu
7. Suatu inti dapat diperluas oleh frasa berpreposisi. Frasa berpreposisi atau frasa preposisional yang menjadi pewatas nomina itu merupakan bagian dari frasa nominal dan karena itu tidak dapat dipindah-pindahkan ke tempat lain seperti frasa berpreposisi pada umumnya.
Contoh :
petani di Aceh
mahasiswa di Solo
perjalanan ke rumah
jawaban dari ahli
uang untuk pembelian
Sebuah nomina yang diperluas dengan menambahkan klausa yang dimulai dengan kata yang secara teoritis selalu dapat diperpanjang selama klausa itu berakhir dengan nomina.

Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah frasa yang induknya berupa kata adjektiva dengan modifikator berkategori apapun atau gabungan beberapa kata berkelas apapun yang keseluruhannya berperilaku sebagai adjektiva (Kridalaksana, 1988 : 89). Adjektiva dapat juga merupakan inti frasa yang disebut frasa adjektival (Hasan Alwi dkk, 2003 : 178). Bentuk frasa adjektival ini berasal dari kata adjektiva yang diberi pewatas. Pewatas yang dihadirkan merupakan pemarkah, seperti pemarkah aspektualitas dan pemarkah modalitas yang ditempatkan di sebelah kirinya.
Contoh :
tidak bodoh sudah harus tenang
tidak berbahaya kurang manis
tidak pintar
Adjektiva dalam frasa adjektival dapat diikuti pewatas yang berposisi di sebelah kanannya.
Contoh :
sakit lagi
bodoh kembali
kaya juga
Adjektiva bertaraf dapat menunjukan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai tingkat bandingan. Pembedaan tingkat kualitas atau intensitas dinyatakan dengan pewatas seperti: benar, sangat, terlalu, agak, dan makin. Pembedaan tingkat bandingan dinyatakan dengan pewatas seperti lebih, kurang, dan paling. Berikut akan dipaparkan tabel distribusi Pewatas Adjektiva.

terlampau
terlalu
kelewat

sungguh amat



maha- sangat adjektiva amat
sekali
benar
betul
sungguh
sama sekali tidak
tidak
tidak adjektiva sama sekali
sedikit juga
sedikit pun

Frasa Verbal
Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa (Hasan Alwi dkk, 2003 : 157). Frasa verbal adalah frasa yang terjadi dari verba sebagai induk dengan verba, atau kata berkelas kata lain, yaitu adverbia, atau frasa preposisional, sebagai modifikator (Kridalaksana, 1988 : 93). Pada pembahasan tentang frasa kali ini akan lebih didasarkan pada definisi frasa yang pertama. Dari definisi yang pertama, frasa verbal mempunyai inti dan kata atau kata-kata lain yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain. Frasa verbal dilihat dari konstruksinya, dibagi menjadi dua jenis yaitu frasa verbal yang endosentrik atributif dan frasa verbal yang endosentrik koordinatif.
Frasa Verbal Endosentrik Atributif
Untuk yang pertama, endosentrik atrubitif, terdiri atas inti verba dan pewatas atau (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Yang di depan disebut pewatas depan, dan yang di belakang disebut pewatas belakang. Salah satu kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas depan adalah akan, harus, dapat (atau bisa), boleh, suka, ingin, dan mau. Pewatas depan kelompok ini disebut juga verba bantu. Dilihat dari segi urutannya, akan, selalu mendahului yang lain, dan kata harus mendahului dapat (bisa), boleh, suka, ingin, dan mau. Berikut akan dipaparkan bagan urutan Pewatas Verba.
Urutan
1 2 3
akan harus dapat
bisa
boleh
suka
ingin
mau

Contoh frasa verbal.
akan menertibkan
harus memeriksa
suka mendengarkan
akan harus dapat

Kemungkinan tiga jenis pewatas itu dipakai bersama-sama juga ada, seperti pada contoh di atas, tetapi pada umumnya orang menghindari bentuk seperti itu.
Ada juga kelompok kata lain yang dinamakan aspek yang dapat pula bertindak sebagai pewatas di depan verba dan dapat bergabung dengan verba bantu. Kelompok aspek ini terdiri dari dua kata yakni sudah dan sedang. Kata telah, tengah, dan lagi dianggap varian stilistis dari sudah dan sedang.
Contoh :
Dia sudah / telah setuju.
Mereka sedang / tengah / lagi menggarap soal itu.
Aspek sudah dapat mendahului atau mengikuti verba bantu akan atau harus.
Contoh :
Kamu sudah harus berada di sana pagi ini.
Dia sudah akan pergi siang nanti
Kami akan sudah selesai kalau kamu datang pukul 9.00.
Aspek sedang dapat berperilaku sama dengan sudah, tetapi terbatas pada verba bantu akan saja. Pada kasus lain juga dapat ditemui bentuk gabungan seperti sudah dapat, sudah boleh, sedang suka, sedang ingin.
Di samping verba bantu dan aspek, ada kelompok ketiga yang dapat pula bertindak sebagai pewatas depan verba. Kelompok itu dinamakan kelompok pengingkar yang terdiri dari kata tidak dan belum. Kaidah umum mengenai pengingkar ialah bahwa pengingkar mengingkarkan kata atau kata-kata yang berdiri di belakangnya, dan tidak yang di depannya.
Contoh :
Dia tidak kawin.
Dia tidak harus kawin.
Dia harus tidak kawin.
Pada dasarnya, pengingkar tidak dapat ditempatkan di mana saja di antara verba bantu, di antara kata-kata aspek, atau di antara kedua kelompok itu.
Dengan demikian jelaslah bahwa pweatas depan verba terdiri atas tiga kelompok : (a) verba bantu, (b) aspek, (c) pengingkar. Ketiga kelompok itu secara sendiri-sendiri menambah keterangan pada verba, tetapi juga dapat secara bersama-sama membentuk frasa verbal.
Kemudian ada juga pewatas belakang, tetapi sangat terbatas macam dan kemungkinannya. Pada umumnya pewatas belakang verba terdiri atas kata-kata seperti lagi (dalam arti ‘tambah satu kali’, bukan ‘sedang’) dan kembali.
Contoh :
Dia menangis lagi.
Kami harus menulis kembali makalah itu.

Frasa Verbal Endosentrik Koordinarif
Wujud frasa jenis ini sangatlah sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau. Sebagai verba bentuk itu juga dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan dan pewatas belakang.
Contoh :
Dia menangis dan meratapi nasibnya.
Kamu pergi atau menunggu dulu?
Orang yang taat hukum tidak akan mencuri dan menipu pada orang lain.

Tidak ada komentar: