Selasa, 02 Desember 2008

KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM BAHASA INDONESIA


A. PENDAHULUAN

Dalam pengkajian suatu bahasa, ada bagian yang mempeajari hubungan antar kata dalam suatu satuan bahasa yaitu kalimat, yang disebut sintaksis. Berbeda dengan morfologi yang mengkaji interkata atau konstruksi dalam kata itu sendiri, sintaksis mengkaji hubungan antarkata dalam suatu satuan bahasa. Dalam sintaksispun ada bagian-bagian kajian lagi yaitu frasa, klausa, dan kalimat.

Frasa, klausa dan kalimat mempunyai kajian yang berbeda, yeyapi masih mengenai hubungan antarkata (sintaksis) dalam satuan bahasa. Frasa misalnya, mengkaji hubungan antarkata yang membentuk suatu gabungan kata yang tidak mempunyai unsur predikasi. Kehadiran unsur predikasi itulah yang membedakan antara frasa dan klausa.

Pada dasarnya frasa dan klausa berada dalam suatu satuan bahasa yaitu kalimat. Frasa dan klausa merupakan konstituen dari kalimat. Namun ada beberapa perbedaan yang mendasar antara kalimat dan klausa. Kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu. Pada kalusa tidak memiliki beberapa hal yang dimiliki kalimat, seperti intonasi tertentu, diawali huruf besar ayau kapital, diakhiri dengan tanda baca titik atau tanda baca lain pengakhir intonasi, seperti tanda tanya dan tanda seru. Jadi jelas bahwa masing-masing bagian tersebut mempunyai sedikit perbedaan dalam pengkajiannya, tetapi masih dalam ranah sintaksis, sehingga tetap berhubungan.

Pada makalah ini akan disajikan atau dipaparkan tentang kalimat.kalimat itu sendiri dibagi lagi menjadi bebrapa bagian. Ditinjau dari jumlah klausa, kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih klausa uang berhubungan. Kalimat majemuk ini juga dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dalam makalah ini hanya akan dipaparkan masalah kalimat majemuk bertingkat dengan tujuan agar dapat lebih dalam pengkajiannya. Dan semoga pengkajian yang cakupannya tergolong sempit ini dapat membantu memberikan gambaran yang seluas-luasnya tentang kalimat majemuk bertingkat ini.


B. KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

1. Pengertian

Sebelum menuju pengertian kalimat majemuk bertingkat, terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa definisi atau pengertian tentang kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Verhaar, 2003 : 275). Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam tata bahasa baku bahasa indonesia juga disebutkan bahwa kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih (Hasan Alwi dkk, 2003 : 336). Jadi jelas bahwa yang membedakan kalimat majemuk dengan kalimat yang lain ditinjau dari klausa adalah jumlah klausa yang membentuknya.

Dua klausa dalam kalimat majemuk yidak berdiri sendiri, tetapi ada hubungan di antara klausa-klausa tersebut. Pola hubungan antar klausa dalam kalimat majemuk ada dua macam yaitu hubungan koordinatif dan hubungan subordinatif. Pola hubungan koordinarif menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur kalimat majemuk bentukan dari klausa-klausa tersebut. Pola koordinatif inilah yang menghasilkan kalimat majemuk setara,oleh karena klausa-klausa kalimat mempunyai kedudukan setara sebagai klausa utama (Hasan Alwi dkk, 2003 :387).

Pola hubungan yang lain yaitu hubungan subordinatif. Hubungan inilah yang menghasilkankalimat majemuk bertingkat. Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti bahwa kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian klausa yang lain (Hasan Alwi dkk, 2003 : 388). Hubungan antar klausa dalam kalimat majemuk bertingkat, bersifat hierarkis. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat klausa utama dan klausa bawahan.

Untuk lebih jelas, perhatikan contoh kalimat berikut: Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati. Dalam kalimat tersebut terdapat dua klausa yaitu klausa utama dan klausa subordinasi. Klausa utamanya adalah orang tua itu mengatakan dan klausa subordinasinya adalah anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati, yang dihubungkan oleh konjungtor bahwa.

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaktisnya (fungsi S,P,O, dan Ket) dengan klausa. Jadi jelas bahwa kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa klausa yang mempunyai pola hubungan subordinatif.

2. Ciri Sintaksis dan Semantis Hubungan Subordinatif

Hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat mempunyai tiga ciri sintaksis dan dua ciri semantis. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ciri Sintaksis

Subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu di antarnya merupakan bagian dari kalusa yang lain. Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk.

Contoh:

Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empatbelas juta suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang.


Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah. Urutan klausa dapat diubah, yaitu dengan meletakan klausa yang diawali subordinator pada awal kalimat. Pengubahan posisi tersebut tidak akan menghasilkan perbedaan makna yang signifikan dan masih berterima. Pemakaian tanda koma dalam bahasa tulis atau jeda panjang dalam bahasa lisan yang diletakan di antara klausa yang berawal dengan subordinator dalam klausa utama.

Contoh:

Ø Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan.

Ø Selama hayat masih dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.

Hubungan subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis. Pronomina yang ada pada klausa yang diawali oleh subordinator, dapat mengacu pada nomina nama diri pada klausa utama.

Contoh:

Meskipun mereka tidak puas, para demonstran itu dapat memahami kebijakan perusahaan.

Pronomina mereka mengacu pada nomina para demonstran itu.

b. Ciri Semantis

Dalam hubungan subordinasi terdapat dua ciri semantis.

1). Dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa, sedangkan klaus yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa subordinatif dapat dinyatakan hanya sebagai tambahan informasi.

Contoh:

Wanita itu sekarang sukses karena ia bekerja keras.

Mereka tim yang hebat karena sangat rajin berlatih.

2). Anak kalimat yang dihubungkan subordinator umumnya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu, sesuai dengan makna anak kalimat itu. Perhatikan contoh berikut.

Kami harus pergi sebelum dia datang.

Kami harus pergi pukul lima.

Contoh di atas kita asumsikan mempunyai konteks situasi yang sama. Klausa subordinatif sebelumdia datang mengacu pada suatu waktu. Kita misalkan kedatangan di adalah pukul 05.30, jadi kalimat pengganti di atas dapat diterima. Dan kalimat pun dapat berubah dari kalimat majemuk menjadi kalimat tunggal.

3. Hubungan Semantis Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat ditentukan oleh macam subordinator yang dipakai dan makna leksikal dari kata atau frasa dalam klausa masing-masing. Ketika makna leksikal dari masing-masing klausa tidak koheren, maka secara kamaknaanpun kalimat majemuk yang terbentuk tersebut lebih cenderung tidak bisa kita terima atau kita tolak. Perhatikan contoh berikut.

Dia juara lari tingkat nasional karena rajin berlatih. (berterima)

Dia juara lari tingkat nasional karena bangun kesiangan. (tidak berterima)

Hubungan semantis antara klausa subordinatif dan klausa utama banyak ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa subordinasi. Pada bagian selanjutnya akan dipaparkan macam hubungan semantis yang terjadi antara klausa subordinatif dan klausa utama.

a. Hubungan Waktu

Klausa subordinasi ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang diyataka dalamklausa utama. Hubungan waktu dibedakan lagi menjadi empat macam yaitu waktu batas permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, dan waktu batas akhir terjadinya peristiwa.

(1). Waktu Batas Permulaan

Untuk menyatakan hubungan waktuini dinyatakan dengan pemakaian subordinator sejak dan sedari.

Contoh:

Sejak dia belajar di luar negeri, dia sangat jarang sekali bertemu keluarganya.

Aku selalu tertarik pada sepak bola sedari aku masih kecil.

(2). Waktu Bersamaan

Hubungan ini menunjukan bahwa peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama dan klausa subordinasi terjadi pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Subordinator yang dipakai adalah, (se)waktu, ketika, seraya, serta, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama.

Contoh :

Kecelakaan itu terjadi (se)waktu aku pergi ke rumah nenek.

Ibu memasak nasi sambil menelepon ayah di Jakarta.

(3). Waktu Berurutan

Hubungan ini menenjukan bahwa yang dinyatakan dalamklausa utama lebih dahulu atau lebih kemudian daripada ynag dinyatakan dalam klausa subordinasi. Subordinator yang dipakai adalah sebelum, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis.

Contoh:

Kobaran api berhasil dipadamkan sebelum menghabiskan seluruh bangunan.

Sesudah lulus kuliah di Solo, dia akan pergi ke Jakarta.

Seusai bermain sepak bola, dia langsung mandi di sungai.

(4). Waktu Batas Akhir

Hubungan waktu batas akhir dipakai untuk menyatakan ujung suatu proses, dan subordinator yang dipakai adalah sampai dan hingga.

Contoh:

Dia terus menyapu halaman hingga ibunya pulang dari pasar.

Gotong royang itu berjalan dengan lancar sampai kami menyelesaikan sekolah.

b. Hubungan Syarat

Hubungan syarat terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Subordinator yang lazim dipakai adalah jika(lau), kalau, dan asal(kan). Di samping itu, subordinator kalau, (apa)bila, dan bilamana juga dipakai jika syarat itu bertalian dengan waktu.

Contoh:

Jika anda tidak keberatan, anda akan saya tempatkan di luar kantor.

Kamu boleh saja makan buah itu asalkan kamu tanggung sendiri resikonya.

c. Hubungan Pengandaian

Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Subordinator yang lazim dipakai adalah seandainya, andaikata, andaikan, dan sekiranya. Di samping itu juga serig digunakan subordinator jangan-jangan, jika hubungan pengandaiannya menggambarkan kekhawatiran. Ada juga pengandaian yang berhubunagn dengan ‘ketakpastian’, subordinator yang sigunakan adalah kalau-kalau.

Contoh:

Seandainya dia tidak jadi pergi, aku akan mengajak dia jalan-jalan.

Sudah jam dua belas malam dia belum pulang, jangan-jangan dia tidak dapat kendaraan.

Aku tidak akan berlama-lama di sini kalau-kalau nanti ibu memerlukanku di rumah.

d. Hubungan Tujuan

Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai adalah agar, supaya, untuk, dan biar. Subordinator biar terbatas pemakaiannya pada ragam bahasa indonesia informal.

Contoh :

Saya sengaja datang ketempatmu agar kita bisa bertemu secara langsung.

Kami pergi biar dia bisa bebas berbuat apa saja.

e. Hubungan Konsesif

Hubungan konsesif terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai adalah walau(pun), meski(pun), biar(pun), sungguh(pun), dan kendatipun. Bentuk seperti betapapun, siapa pun, ke mana pun, dan apa pun dipakai pula sebagai penghubung konsesif. Dan perlu dicatat bahwa dalam ragam baku subordinator walaupun /meskipun tidak diikuti tetapi.

Contoh:

Walaupun/meskipun hujan sangat deras, dia tetap menghadiri undangan tersebut.

Dia melepaskan Ani pergi betapapun besar kasih sayangnya.

f. Hubungan Pembandingan

Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakan pada klausa subordinatif itu. Subordinator yang serng dipakai adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, daripada, dan alih-alih.

Contoh:

Dia sangat menyayangi kucingnya seperti dia menyayangi anaknya sendiri.

Alih-alih naik kereta api, dia lebih memilih pesawat terbang.

g. Hubungan Penyebaban

Hubungan penyebaban terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinatornya adalah sebab, karena, dan oleh karena. Jika hubungan penyebaban itu menggambarkan ciri makna ‘hanya karena....maka ...’, subordinator yang digunakan ialah, mentang-mentang.

Contoh :

Pembangunan jalan-jalan desa belum sepenuhnya berhasil karena minimnya tenaga pekerja.

Mentang-mentang sudah jadi orang sukses, keluarga di desa dilupakan begitu saja.

h. Hubungan Hasil

Hubungan hasil terdapat dalam kalimat majemuk yang subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai adalah sehingga, sampai(-sampai), dan maka.

Contoh :

Bianya pengobatan sungguh mahal sampai-sampai semua perhiasan istrinya habis terjual.

Kami tidak setuju, maka kami pun protes.

Penggunaan sampai dan hingga pada jenis ini juga hampir sama dengan penenda hubungan waktu batas akhir.

i. Hubungan Cara

Hubungan cara terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang sering dipakai adalah dengan dan tanpa.

Contoh :

Para pendaki gunung terus mencari tantangan tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam mereka.

j. Hubungan Alat

Hubungan alat terdapat pada kalimat yang kalausa subordinatifnya menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang sering dipakai sama dengan yang dipakai untuk hubungn cara, yaitu dengan dan tanpa. Contoh :

Dia memancing ikan dengan menggunakan kail.

Mereka berperang tanpa menggunakan senjata modern.

k. Hubungan Komplementasi

Dalam hubungan komplementif, klausa subdornitatif melengkapi apa yang di nyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Subordinatif yang sering dipakai adalah bahwa. Hubungan itu akan lebih jelas jika kita perhatikan contioh yang berikut. Contoh :

Penulis perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna.

Berkas riwayat hidupnya menunjukkan bahwa kita dia pernah menjadi pelajar teladan untuk tingkat kabupaten dan provinsi.

l. Hubungan Atributif

Hubungan atributif ditandai oleh subordinatif yang. Ada dua macam hubungan atributif: (a). Restriktif dan (b) takrestriktif. Klausa yag dihasilkan sering pula disebut “ klausa relatif” dengan kedua macam hubungan di atas.

(a) Hubungan Atributif Restriktif

Dalam hubungan seperti ini, klausa relatif mewatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Dengan kata lain, bila ada suatu nomina yang mendapat keterangan tambahan yang berupa klausa relatif-restriktif, maka klausa itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangakannya. Dalam hal penulisannya perlu diperhatikan benar bahwa klausa relatif macam ini tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupu dibelakangnya. Perhatikan contoh berikut.

Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

Para pedagang yang menunggak lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.

Pemegang gelar MBA yang kuliah hanya enam bulan harus menanggalkan gelarnya.

(b) Hubungan Atributif Takrestriktif

Berbeda dengan klausa yang restriktif, klausa subordinatif yang terkrestriktif hanyalah memberikan sekedar tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, ia tidak mewatasi nomina yantg mendahuluinya. Karena itu, dalam penulisannya klausa ini diapit oleh dua tanda koma. Perhatikan kontras makna dan cara penulisa antara klausa restriktif dan takrestiktif berikut ini.

Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

Istri saya, yang tinggal di Bogor, meninggal kemarin.

m. Hubungan Perbandingan

Hubungan perbandingan terdapat dalam kelomat mejemuk bertingkat yang klausa subdordinatif dan klausa utamanya mempunyai unsur yang sama yang tarafnya sama (ekuatif) atau berbeda ( komparatif).

Klausa subordinatif perbandingan selalu mengalami pelepasan.unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menyatakan sifat yang terukur yang ada pada klausa utama dan klausa subordinatif.

(1). Hubungan Ekuatif

Hubungan ekuatif muncul bila hal atau unsur pada klausa subordinatif dan klausa utama yang diperbandingkan sama tarafnya. Bentuk yang digunakan untuk menyatakan hubungan ekuatif adalah sama....dengan atau bentuk seperti contoh berikut.

....................................

(2). Hubungan Komparatif

Hubungan komparatif muncul bila hal atau unsur klausa subordinatif dan kluasa utama yang diperbandingkan berbeda tarafnya. Bentuk yang digunakan utnuk menyatakan hubungan komparatif adalah lebih/kurang....dari(pada). Perhatikan contoh berikut.

...................................................

n. Hubungan Optatif

Hubungan optatif terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang kluasa utamanya menyatakan ‘harapan’ agar apa yang dinyatakan dalam klausa subdornitatif dapat terjadi. Subordinator yang lazim digunakan dlam kalmat yang mengungkapkan hubungan optitatif itu ialah semoga atau moga-moga dan mudah-mudahan.

Contoh :

Kita berdoa semoga/moga-moga/mudah-mudahan Ikemalangan ini segera diatasi.

Tidak ada komentar: